Kamis, 12 Februari 2009

Diam dan tenanglah

Pemusik : Santi
Pemimpin : Erika Sibarani
Pembicara : Diksi Agni Kustanta
Bacaan Yoh 8 : 2-6

Dalam diam dan ketenangan ada bahasa Tuhan. Diam dan tenang juga mampu menjadi jalan keluar bila ada masalah.Yesus memberi teladan pada kita yakni pada saat meredakan angin ribut di danau. Yeus juga sangat tenang ketika cobaan mendatanganinya melalui orang-orang Farisi yang ingin menghukum perempuan yang berbuat zinah. Dia hanya membungkuk dan menulis sesuatu dengan jarinya.
Ada seseorang menulis dalam sebuah buku : Ada waktu untuk berbicara dan ada waktu untuk berdiam diri. Dia membuat segala sesuatunya indah pada waktunya. Seperti tertulis juga pada kitab Mazmur 37:7 Berdiam dirilah di hadapan Tuhan dan nantikanlah Dia.
Meditasi adalah salah satu alternatif. Yang lainnya adalah dengan cara mengarahkan perilaku hidup kita menjadi meditatif salah satunya adalah dengan selalu mengedepankan kejujuran, ketulusan, dan keikhlasan dalam setiap perilaku kita. Diam dan hati tenang membawa manusia kepada sifat-sifat ilahi. Semakin dekat pada Tuhan. Dan coba memahami kehendakNya melalui pertanda-pertanda yangdiberikanNya setiap saat dalam hidup kita. Berdiam diri dan tenang artinya juga menghindari berbuat dosa. Dosa karena ucapan kita. Seperti yang ditulis dalam surat Yakobus 3:5-10.
Tetaplah tenang dan percaya dalam hati bahwa Bapa kita di surga akan melakukan yang terbaik.

Rabu, 21 Januari 2009

Jumat, 5 Desember 2008


Pemusik : Ernawati Panjaitan
Pemimpin pujian : Purwoto
Pembicara : Firman Simanjuntak


Bacaan: Yosua 14:6-14
Betapa lama waktu yang ditunggu Kaleb bin Yefune untuk menjadikan firmanTuhan melalui Musa menjadi kenyataan, yaitu menjadikan tanah yang diinjaknya menjadi milik pusakanya. Selama empat puluh lima tahun ia menunggu dengan sepenuh hati kesetiaannya pada Tuhan,tanah itu menjadi milik pusakanya. Kesetiaannya kepada Tuhan menjadi bukti nyata kegigihan seorang hamba Tuhan.


Kita harus meneladan hambaTuhan itu,kesetiaan kita dituntut dalam menghadapi berbagai masalah. Tidak ada gunung yang tidak dapat didaki. Kita semua memiliki gunung-gunung kita sendiri, yakni masalah kita, dengan kesetiaan dan keyakinan pada Tuhan, kita dapat menyeleasikan masalah-masalah kita.


Ada orang cacat yang dapat menaklukkan gunung tertinggi di dunia, mestinya kita juga bisa melakukannya. Kita semua memiliki “gunung” kita masing-masing untuk didaki. Sekali lagi, hanya dengan kesetiaan dan keyakinan kita pada Tuhan, maka pekerjaan itu menjadi sangat indah.